Ekonomi Lesu, Jumlah Pemudik ke Pangandaran Anjlok, Sektor Wisata Terancam

PANGANDARAN, globalaktual.com – Menjelang musim mudik Lebaran 2025, jumlah pemudik yang menuju Pangandaran mengalami penurunan drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini diduga kuat dipicu oleh kondisi ekonomi nasional yang melemah, sehingga banyak perantau memilih untuk tidak pulang kampung.

Berdasarkan pantauan di sejumlah terminal dan agen perjalanan, arus mudik menuju Pangandaran terlihat lebih sepi. Para pengusaha transportasi umum, seperti bus dan travel, melaporkan penurunan jumlah penumpang hingga 30-40 persen dibandingkan tahun lalu.

“Biasanya kami menambah armada menjelang Lebaran, tetapi tahun ini justru banyak kursi yang kosong,” ujar Nabil, seorang sopir travel asal Pangandaran, Kamis (27/3/2025). “Banyak pelanggan kami yang bilang tidak punya cukup uang untuk mudik.”

Penurunan jumlah pemudik ini tidak hanya berdampak pada sektor transportasi, tetapi juga merugikan sektor ekonomi lainnya, terutama usaha kecil yang bergantung pada momen mudik dan libur Lebaran.

Sejumlah faktor disebut menjadi penyebab utama turunnya jumlah pemudik. Melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga kebutuhan pokok menjadi salah satu penyebab utama. Selain itu, kenaikan tarif transportasi juga menjadi kendala bagi sebagian besar calon pemudik.

“Tahun lalu saya masih bisa pulang, tapi sekarang harga tiket mahal, sementara gaji segitu-gitu aja. Belum lagi biaya hidup di kota makin tinggi,” ungkap Yudi (35), seorang perantau asal Pangandaran yang bekerja di Bandung.

Kenaikan harga BBM dan tarif tol juga disebut menjadi faktor yang berkontribusi terhadap mahalnya biaya perjalanan. Hal ini membuat banyak perantau harus berpikir ulang sebelum memutuskan untuk mudik.

Penurunan jumlah pemudik tidak hanya berdampak pada sektor transportasi tetapi juga berpotensi mengancam sektor pariwisata di Pangandaran. Sejumlah pelaku usaha wisata mulai merasakan dampak dari sepinya pemudik yang biasanya berlibur ke daerah tersebut setelah Lebaran.

Rifki (25), seorang penggiat wisata di Pangandaran, mengatakan bahwa menurunnya jumlah pemudik kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap jumlah wisatawan yang datang ke pantai dan destinasi wisata lainnya.

“Biasanya setelah Lebaran, Pangandaran ramai oleh pemudik yang sekalian berwisata bersama keluarga. Kalau tahun ini sepi, otomatis usaha kami juga terkena dampaknya,” ujarnya.

Beberapa pengusaha hotel dan restoran di kawasan wisata juga mulai khawatir dengan tren penurunan ini. Jika jumlah pengunjung terus berkurang, mereka harus bersiap menghadapi penurunan pendapatan yang signifikan.

Menanggapi situasi ini, pelaku usaha di Pangandaran berharap adanya langkah konkret dari pemerintah untuk membantu mengatasi penurunan jumlah pemudik dan wisatawan.

“Kami berharap ada kebijakan yang bisa meringankan beban masyarakat agar tetap bisa mudik dan berwisata. Misalnya subsidi transportasi atau diskon tiket bagi pemudik,” kata Rifki.

Beberapa pengamat ekonomi juga menilai bahwa tren penurunan jumlah pemudik ini bisa menjadi indikator bahwa daya beli masyarakat sedang tidak stabil dan pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan. Jika tidak ada langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, fenomena ini bisa menjadi pola yang berulang di tahun-tahun mendatang.

“Pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan ekonomi yang lebih berpihak pada masyarakat kelas menengah ke bawah agar mereka tetap memiliki kemampuan finansial untuk mudik dan berkontribusi pada perputaran ekonomi di daerah asal,” ujar seorang analis ekonomi.

Dengan kondisi yang masih penuh ketidakpastian, para pelaku usaha dan masyarakat berharap ada langkah-langkah yang bisa membantu memperbaiki situasi ekonomi agar momen mudik dan libur Lebaran tetap menjadi kesempatan bagi perantau untuk berkumpul bersama keluarga sekaligus mendorong sektor wisata dan ekonomi lokal.  (***)

admin

Situs Berita Teraktual

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *