Hutan Gunung Sirah Warang Gundul, Masyarakat Peduli Hutan Minta Prioritas Penghijauan
Pangandaran , globalaktual.com – Kerusakan hutan di kawasan gunung Sirah Warang yang membelah empat desa, Bangun karya, kali jaya, bungur raya, jadi karya, memasuki tahap yang mengkhawatirkan. Hutan yang dulunya berfungsi sebagai daerah resapan air dan sumber pengairan sawah kini berubah menjadi lahan terbuka tanpa vegetasi. Kondisi ini terjadi akibat bertahun-tahun pembalakan liar, alih fungsi lahan, dan kurangnya perhatian terhadap rehabilitasi lingkungan.
Fungsi hutan tersebut sangat vital, tidak hanya bagi ekosistem, tetapi juga bagi kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama para petani yang menggantungkan hidup pada pertanian. Pasalnya, kawasan hutan itu menjadi hulu dari beberapa aliran irigasi yang menyuplai air ke sebagian sawah-sawah milik warga kabupaten Pangandaran.
“Dulu aliran air dari hutan ini tidak pernah putus, meskipun musim kemarau. Sekarang, saat musim kemarau datang, sawah-sawah warga mengering. Tanaman padi gagal panen karena tidak ada air,” ujar Kepala Desa Bangun Karya, Yaya Suryana, saat ditemui di kantor desa, Rabu (09/04/2025).
Yaya menyebut bahwa sekitar 60 persen penduduk Desa Bangun Karya dan sebagian masyarakat kabupaten Pangandaran menggantungkan hidup dari hasil sawah. Selain mengancam ketahanan pangan lokal, kondisi ini juga berdampak langsung pada penghasilan dan ekonomi masyarakat.
“Kalau air dari hutan terus tidak ada, bukan hanya gagal panen yang kita hadapi, tapi juga ancaman kemiskinan. Kami mohon agar desa kami masuk dalam skala prioritas program penghijauan dari pemerintah provinsi Jawa Barat,” tambahnya.
Menurut Yaya, pihak desa telah beberapa kali melakukan pembibitan dan melakukan penanaman pohon, bersama masyarakat. Namun hingga kini belum ada hasil yang maksimal.
Permasalahan ini juga mendapat perhatian dari Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pangandaran dari Fraksi Gerindra, Dede Sutiswa Atmaja. Ia menilai bahwa kerusakan hutan gunung Sirah Warang berdampak langsung pada sektor pertanian dan ketersediaan air merupakan persoalan serius beberapa kecamatan di kabupaten Pangandaran yang harus segera ditangani lintas sektor.
“Kami sangat mendukung jika hutan gunung Sirah Warang dijadikan prioritas dalam program penghijauan yang sedang digagas oleh Gubernur Jawa Barat Bapak Dedi Mulyadi. Ini bukan hanya soal lingkungan, tapi menyangkut ketahanan pangan dan kesejahteraan rakyat Pangandaran,” tegasnya.
Dede Sutiswa juga meminta agar Pemerintah Daerah bisa berkoordinasi untuk merancang langkah terintegrasi dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kawasan hutan secara berkelanjutan.
Program penghijauan yang dimaksud adalah bagian dari strategi “Jabar Asri 2030” yang dicanangkan Gubernur Jawa Barat. Program ini menargetkan rehabilitasi 1.000 hektare lahan kritis sepanjang tahun 2025.
Dede Sutiswa menyebut bahwa Pangandaran memang masuk dalam wilayah yang berisiko tinggi terhadap degradasi lingkungan, namun masih dalam tahap pemetaan untuk penentuan skala prioritas intervensi.
“Kami memahami kondisi di Pangandaran, termasuk beberapa desa dan kecamatan. Tapi untuk masuk dalam program penghijauan, perlu kesiapan dari pihak desa, termasuk data lahan, potensi partisipasi masyarakat, serta dukungan infrastruktur lokal. Bila semua itu lengkap, akan sangat membantu percepatan proses,” jelas Dede Sutiswa Atmaja.
Sementara itu, Ketua Jaga Leweng Refi Apriadi sudah mulai melakukan inisiatif kecil-kecilan dengan menanam pohon-pohon produktif secara swadaya di lahan hutan tersebut. Namun, menurut mereka, skala kecil tidak cukup untuk memulihkan fungsi ekosistem hutan yang rusak parah.
“Kami atas nama masyarakat peduli hutan butuh bantuan besar, karena kondisi hutannya sudah sangat parah. Kami butuh bibit, alat, pendampingan. Kami siap kerja sama, warga di sini juga mulai sadar pentingnya hutan. Tapi kami tidak bisa sendiri,” katanya.
Kondisi ini menjadi peringatan serius bagi pemerintah daerah dan provinsi bahwa kerusakan hutan tidak hanya berdampak pada alam, tetapi juga langsung mengganggu ekonomi masyarakat dan ketahanan pangan lokal. Jika tidak segera ditangani, bukan tidak mungkin krisis air dan gagal panen akan menjadi masalah tahunan yang berkepanjangan di Kabupaten Pangandaran. (Hrs)